Globalisasi
ekonomi dimaksudkan sebagai proses terintegrasinya perekonomian negara-negara
kea rah masyarakat ekonomi dunia yang saling terkait,saling tergantung, dan
saling pengaruh-mempengaruhi. Globalisasi ekonomi diperlihatkan oleh saling
tergantung dan bahkan saling terintegrasinya produksi. Misalnya ,produk sebuah
computer yang dirakit oleh Taiwan,tetapi komponenenya ada diimpor dari Jepang
,Hongkong,dan sebagainya. Sekalipun merknya
made in Taiwan ,tetapi hakikatnya merupakan produk dari beberapa negara
atau produk global. Selain bidang produksi, bidang-bidang lain seperti
investasi ,kredit,perdagangan,dan pemasaran antar negara semakin sulit
dipisahkan dan semuanya akan menjadi suatu kesatuan.
Indonesia
menyepakati program reformasi 50 pasal yang disodorkan IMF yang kemudian diubah
lagi dengan memorandum tambahan yang berkenan dengan :
1.
Utang swasta dengan menggunakan pola Meksiko
2.
Soal subsidi
3.
Reformasi prbankan
4.
Parameter makro ekonomi,seperti kebijakan suku
bunga,perkiraan tingkat inflasi,pertumbuhan ekonomi,APBN termasuk pinjaman luar
negeri dan penjualan sebagian saham BUMN
5.
Penyempurnaan UU yang terkait dengan UU
kepailitan,UU bank sentral ,dan sebagainya.
Arus globalisasi yang multi
dimensional yang meliputi hampir seluruh aspek hidup manusia yang dipemukaan
sangat terlihat nyata di bidang ekonomi. Hal itu disebabkan kemajuan teknologi
informasi,komunikasi,dan transportasi. Pengguanaan bahasa inggris sebagai
bahasa internasional,penggunaaan mata uang dolar sebagai mata uang
internasional,pesatnya pertumbuhan sektor keparawisataan merupakan penyebab
lain semakin derasnya arus globalisasi dunia. Demikian jugalah ,kerangka
sisitem moneter dan perdagangan dunian yang relatif mapan dan munculnya
kekuatan ekonomi yang berimbang antara Amerika,Eropa Barat,dan Jepang disebut
sebagai kekuataan lain yang mendorong semakin cepatnya proses globalisasi
ekonomi dunia.
Banyak indikator yang dapat
menunjukan saling ketergantungan secara internasional yang semakin meningkat,
diantaranya ialah:
1)
Globalisasi yang diperlihatkan oleh semakin
besarnya peran perdagangan ekonomi dunia bagi sebagian besar negara,tidak
terkecuali Amerika yang dikenal lebih independen di bidang ekonomi. Demikian
juga di bidang finansial yang saling tergantung baik antara negara maju dengan
negara maju,baik secara bilateral,maupun secara multilateral,melalui
lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan internasional seperti,IMF,Bank
Dunia,melalui konsorsium seperti IGGI(sekarang menjadi CGI),dan sebagainya.
2)
Apabila dilihat dari peranan pinjaman luar
negeri serta gerakan modal internasional,pada umumnya jelas semakin bertambah.
3)
Ketergantungan yang semakin besar juga dapat
dilihat dari ketergantungan teknologi negara-negara sedang berkembang kepada kemajuan teknologi.
Selain ketergantungan yang semakin besar di bidang perdagangan seperti ekspor
dan impor,permodalan dan teknologi,ketergantungan aturan makin jelas
menyudutkan negara berkembang.
4)
Pengaruh budaya negara-negara maju terhadap
negara berkembang sangat besar.
Secara umum,Philip Kotler mecoba
melihat kelebihan dan kelemahan suatu negara atau kelompok negara yang mempengaruhi kemampuan
berkembang,terutama di era global sekarang ini. Kemampuan setiap negara dalam
menangkap kesempatan dan menangkal ancaman tergantung pada kemampuan yang
dimilikinya. Adapun faktor-faktor penentu kemampuannya terletak pada:
a)
Faktor-faktor sosial ,meliputi :budaya ,sikap
,nilai-nilai ,dan keterpaduan masyarakat; faktor ekonomi seperti: sumberdaya
dan organisasi industri ; faktor politik dan kepemimpinan.
b)
Kualitas unsure-unsur tersebut
(social,ekonomi,dan politik) bisa karena diwariskan ,seperti sumber daya alam
tertentu atau karena diciptakan,misalnya organisasi industry.
c)
Dapat juga bersifat statik (budaya
masyarakat,sikap hidup,dan nilai-nilai).
d)
Sebagian unsur-unsur tersebut ada yang lebih
bersifat struktural (faktor kekayaan alam),bisa bersifat perilaku (kepemimpinan
pemerintah),atau sebagian merupakan kombinasi dari keduanya (organisasi suatu
industri suatu negara) . Oleh karena itu, para pengambil keputusan dalam suatu
negara perlu memperhatikan kemampuan-kemampuan negaranya,tidak sekedar dalam
wujud lingkup dan intensitasnya saja,tetapi juga subsitusi atau penggantinya,serta
peningkatan produktivitas dalam pemanfaatannya sepajang masa.
Daya saing suatu negara,juga
sangat dipengaruhi oleh kohesivitas masyarakat. Dalam arti,kemampuan memadukan
kebersamaan melalui proses demokratisasi kekusaan atau politik,demokratisasi
ekonomi,maupun pemerataan pendapatan. Jumlah
suku bangsa yang banyak,nilai budaya yang beragam,keyakinan agama yang
bebeda-beda,kesenjangan sosial ekonomi yang semakin lebar yang dipacu oleh
kekecewaan terberangsurnya hak-hak politik rakyat,dan situasi ekonomi yang
sulit serta pengangguran yang meluas mudah memicu kerusuhan dimana-mana. Oleh
karena itu,kohesivitas masyarakat harus dapat dibangun kembali melalui proses
kesadaran kebersamaan dan komitmen kebangsaan.
Factor lain yang tidak kalah
pentingnya yang menentukan daya pengembangan suatu negara ialah kepemimpinan
pemerintah. Ada empat hal yang dapat menyebabkan pemerintah bisa menjadi
penghalang potensi kreativitas yang menunjang kemakmuran negara,yaitu
korupsi,pengeluaran anggaran militer yang berlebihan,alokasi sumber daya
ekonomi yang keliru,dan ketidakstabilan politik. Adapun di negara kita dari
empat hal tersebut yang wajar,sedangkan yang lainnya yaitu korupsi,alokasi
sumber-sumber yang belum pas,dan ketidakstabilan politik masih merupakan hambatan
yang sulit diselesaikan secara singkat dan tuntas.
Gambaran singkat di atas menunjukan
bahwa ternyata kunci-kunci kebehasilan ekonomi di era global yang dimiliki
masih sangat terbatas. Bahkan,dengan kondisi perekonomian Indonesia yang sedang
krisis sekarang ini saja untuk bisa pulih masih sangat sulit. Apalagi usaha
mempersiapkan diri bertarung di era global,jelas masih sangat lemah,sebab masih
harus membangun kembali dasar-dasar kebijakan ekonominya dengan nilai-nilai
baru yang lebih demokratis,baik di bidang politik maupun di bidang ekonomi.
Sumber : Buku
Pembanguna Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Global, penerbit Muhammad University
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar